KEUNGGULAN ISLAM
Malikiyaumiddin

Home

AL-QURAN | HADIS | BAHR AL-MAADZI | SEJARAH | TOKOH ISLAM | TAZKIRAH | PERSOALAN | ALBUM | PERBINCANGAN | FAIL | NASYID | LINK

Malikiyaumiddin (Yang menguasai hari pembalasan)

Sebagian qura' membaca malikiyaumiddin dengan meniadakan alif setelah huuf mim. Sementara, yang lainnya membacanya dengan menggunakan alif setelah mim. Kedua bacaan itu benar, dan mutawatir dalam qira'at sab'ah.

Malik berasal dari kata al-milk (kepemilikan), sebagaimana fiman-Nya yang artinya, "Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua orang yang ada di atasnya. Dan hanya kepada Kami-lah mereka dikembalikan." (Maryam: 40).

Sedangkan malik berasal dari kata al-mulk, sebagaimana dalam firman-Nya surat Al-Mukmin ayat 16:lamanil mulkul yauma lillahil wahidil qahhar ("Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? Kepunyaan Allah yang Maha Kuasa lagi Maha Mengalahkan.").

Pengkhususan kerajaan pada hari pembalasan tersebut tidak menafikannya dari yang lain (kerajaan dunia), karena telah disampaikan sebelumnya bahwa Dia adalah Rabb semesta alam. Dan yang demikian itu jelas bersifat umum di dunia maupun di akhirat. Ditambahkannya kata yaumiddin (hari pembalasan), karena pada hari itu tidak ada seorang pun yang dapat mengaku sesuatu dan tidak juga dapat berbicara kecuali dengan seizin-Nya, sebagaimana firman Allah SWT:

"Pada hari ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang diberi izin kepadanya oleh Rabb yang Maha Pemurah, dan ia mengucapkan kata yang benar." (An-Naba': 38).

Hari pembalasan berarti hari perhitungan bagi semua makhluk, disebut juga sebagai hari kiamat. Mereka diberi balasan sesuai dengan amalnya. Jika amalnya baik maka balasannya pun baik. Jika amalnya buruk, maka balasannya pun buruk kecuali orang yang dimaafkan.

Pada hakikatnya al-malik adalah nama Allah, sebagaimana firman-Nya, Huwallahulladzi lailaha illahuwal malikul quddus salam yang artinya, "Dialah Allah yang tiada ilah [yang berhak disembah] selain Dia, Raja, yang Maha Suci, lagi Maha Sejahtera." (Al-Hasyr: 23).

Dalam kitab shahih al-Bukhari dan Muslim, diriwayatkan hadis marfu' dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, "Julukan yang paling hina di sisi Allah adalah seseorang yang menjuluki dirinya Malikul Amlak (raja diraja). Karena tidak ada malik (raja) yang sebenarnya kecuali Allah."

Dalam kitab yang sama, juga dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, "Allah (pada hari kiamat) akan menggenggam bumi dan melipat langit dengan tangan-Nya, lalu berfirman, Aku adalah raja, di manakah rajha-raja bumi, di manakah mereka yang merasa aperkasa, dan di mana orang-orang yang sombong?"

Dalam Alquran disebutkan, "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? Kepunyaan Allah yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan." (Al-Mukmin: 16).

Adapun penyebutan malik (raja) selain kepada-Nya di dunia hanyalah secara majaz (kiasan) belaka, tidak pada hakikatnya, sebagaiamana Allah SWT pernah mengemukakan, "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi raja bagi kalian." (Al-Baqarah: 247).

Kata ad-din berarti pembalasan atau perhitungan. Allah SWT berfirman, "Pada hari itu Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya."
(An-Nuur: 25).

Dia juga berfirman, "Apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan." (Ash-Shaffat: 53).

Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda, "Orang cerdik adalah yang mau mengoreksi dirinya dan berbuat untuk (kehidupan) setelah kematian." (HR at-Tirmizi, Ibnu Majah, dan Ahmad).

Artinya, ia akan senantiasa menghitung-hitung dirinya, sebagaimana yang dikatakan oleh Umar bin al-Khaththab, "Hisablah (uatlah perhitungan untuk) diri kalian sendiri sebelum kalian dihisab, dan timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang. Dan bersiaplah untuk menghadapi hari yang besar untuk diperlihatkannya (amal seseorang), yang mana semua amal kalian tidak tersembunyi dari-Nya."

Allah berfirman, "Pada hari itu kalian dihadapkan (kepada Rabb kalian), tiada sesuatu pun dari keadaan kalian yang tersembunyi (bagi-Nya)." (Al-Haaqqah: 18).

Sumber: Terjemahan Lubabut Tafsir Min Ibnu Katsir (Tafsir Ibnu Katsir), Tim Pustaka Imam as-Syafi'i